Saturday, March 12, 2011

the beatles album

WHITE ALBUM - Album Politis dan Individualistis
Bulan Mei 1968 The Beatles berkumpul di rumah George Harrison di Esher, membahas produksi album studio yang ke-9. Album ganda tersebut yang tadinya disiapkan berjudul A Doll’s House itu kelak bertajuk The Beatles, tetapi lebih dikenal sebagai The White Album karena berwarna putih dan minimalis.

Album berdurasi 93,5 menit itu terdiri atas dua piringan hitam (PH) yang berisikan 30 lagu, yang diperas dari 100-an lagu yang sebagian sempat direkam. Kali ini The Beatles amat produktif karena sebagian besar karya itu diciptakan saat mereka punya waktu senggang yang mencukupi ketika sedang berguru pada Maharishi Yogi di Rishikesh, India. Tatkala masuk studio, John Lennon telah menulis 14 nomor, Paul McCartney tujuh, dan Harrison lima.

McCartney mengakui, pengalaman di Rishikesh mengembalikan ingatan mereka pada masa kecil. Di Rishikesh mereka dan sejumlah artis/musisi lainnya tak mengerjakan apa pun, kecuali bersemadi, mendengarkan khotbah Maharishi, dan bermusik bersama musisi lain, seperti Donovan dan Mike Love, personel band asal Amerika Serikat (AS), The Beachboys.

Oleh sebab itu, The White Album agak didominasi oleh nomor-nomor yang kaya dengan kenangan masa kecil. Ada ”Dear Prudence” yang merupakan ajakan kepada teman untuk bermain-main, ”Cry Baby Cry” dan ”Piggies” yang bersumber dari dongeng khas Inggris. Lalu ada pula ”The Continuing Story of Bungalow Bill” yang menampilkan chorus ”all the children play”, ”Rocky Racoon” yang diinspirasi dari cerita koboi kegemaran McCartney saat kecil, serta ”Blackbird” dan ”Mother’s Nature Son”.

Setahun sebelumnya The Beatles merilis Sgt Pepper’s Lonely Hearts Club Band (1967), sebuah magnum opus yang dinilai sebagai album yang memelopori perkembangan musik psikedelik dan rock progresif sekaligus. Sgt Pepper’s atau album setelah itu, Magical Mystery Tour (1967), tak bisa dibandingkan dengan The White Album karena The Beatles band yang tak mau berhenti progressed sekalipun kontinuitas kreativisme dari album ke album mereka tentu terus bersambung juga.

Bagi sebagian penggemar, The White Album justru lebih sempurna. Lihat misalnya komentar Tony Palmer, kritikus seni yang menulis di harian The Observer. Ia menulis album itu ibarat ”lanskap yang gagal ditemui musisi-musisi” karena ia merupakan ”sebuah keindahan proses pembuatan musik yang bening dan teduh”. Dalam istilah Palmer, penggemar menikmati The White Album seolah-olah seperti sedang menikmati ”burung-burung hitam yang berterbangan”.

Bernuansa politis

Selain aspek kreatifnya, The White Album juga bernuansa politis. Seperti dipahami, 1968 merupakan tahun yang bergejolak karena protes masyarakat Barat terhadap Perang Vietnam. Kerisauan generasi muda tampak jelas dari lirik dua nomor album ini, ”Revolution 1” dan ”Revolution 9” yang ditulis Lennon. Sedangkan McCartney berpolitik lewat lirik ”Back in the U.S.S.R.” yang menyindir hipokrisi dua negeri adidaya, AS yang menghancurkan Vietnam dan Uni Soviet yang menginvasi Cekoslowakia.

Barangkali satu-satunya karya yang sampai saat ini masih menjadi topik pembahasan para ahli filsafat politik yang mendalam adalah nomor ”Happiness is A Warm Gun”. Lennon sebagai penulis liriknya mengatakan bahwa lagu ini hanya merupakan sejarah singkat rock’n’roll yang terdiri atas paduan musik rakyat dan rock yang dimainkan dalam lima tempo, yang butuh lebih dari 100 kali take. Namun, jika menurut tafsir ulang para filsuf politik, lirik ”Happiness” merupakan observasi sosial yang ganjil, sinis, kasar, sekaligus brilian.

Dan, di luar aspek kreatif serta politik, The Beatles berada di ambang proses pendewasaan diri. Kondisi bisnis mereka agak terancam setelah manajer Brian Epstein meninggal dunia, hubungan pribadi di antara mereka memburuk, dan tiap personel mulai berkembang secara mandiri alias meninggalkan institusi The Beatles sebagai peer group yang menyatukan Lennon, McCartney, Harrison, dan Starr.

Lennon memulai hubungan asmara dengan Yoko Ono, begitu juga McCartney kasmaran berat dengan Linda Eastman. Harrison bagaikan hidup di dunia sendiri dan, untuk pertama kalinya dalam sejarah The Beatles, membawa bintang tamu Eric Clapton untuk mengisi gitar solo dalam nomor ”While My Guitar Gently Weeps”. Starr ”mencatat rekor” sebagai orang pertama yang menyatakan mundur dari The Beatles, membuat ketiga rekannya ramai-ramai membujuk ia membatalkan keputusannya itu—permintaan yang akhirnya tak dapat ditolak Starr.

Keretakan The Beatles makin terasa ketika mereka memulai proses rekaman album selanjutnya, Let It Be (1970), yang dirilis hampir dua tahun setelah diproduksi di studio. Kali ini Harrison yang minta keluar, dilanjutkan oleh kemarahan Lennon yang secara unilateral menyatakan ia sebagai pendiri membubarkan The Beatles. Dan, McCartney- lah yang mengakhiri petualangan The Beatles ketika mengajukan pembubaran melalui proses pengadilan tak lama setelah mereka merilis album terakhir, Abbey Road (1969).

Mereka sebenarnya berusaha mati-matian agar tetap bertahan, tetapi juga sadar mustahil menyatu kembali karena mulai mengepakkan sayap sendiri-sendiri. Mereka menyiapkan album solo dan memulai kehidupan pribadi dan keluarga masing- masing. Dan, mereka toh telah memberikan The White Album, karya yang sampai kini dikenal sebagai satu-satunya album The Beatles yang politis sekaligus individualistis.

SEBUAH HISTORY PANJANG

Eksis di tahun 60-an, The Beatles tumbuh menjadi sebuah ikon dalam budaya pop dunia. Mereka tak hanya berpengaruh secara musikal tetapi juga dalam penampilan dan sikap. Para remaja saat itu meniru habis-habisan, mulai dari model rambut hingga ke sepatu. Gaya seperti itu juga tak terbatas di Inggris dan Amerika tetapi juga merambat hingga ke Indonesia..
''The Beatles pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun '63 lewat lagu I Saw You Standing There. Meski info yang kami terima hanya sedikit tetapi gaya The Beatles langsung mewabah di sini,'' kenang Abadi Soesman, musisi yang hingga kini tetap setia membawakan lagu-lagu The Beatles.

Dulu, cerita Abadi, kelompok The Beatles dikelola secara multisektor. Mereka tak hanya mengusung musik yang unik tetapi juga menawarkan penampilan yang tidak lazim. ''Di saat musik formal seperti instrumentalia dan pop merajai pasaran, mereka datang dengan komposisi lagu dan gaya panggung yang lain. Waktu itu The Beatles menjadi pelopor rambut gondrong berponi seperti model rambut perempuan,'' ujar Abadi yang pernah juga bergabung dengan God Bless dan Bharata Band.

Sayangnya musik The Beatles kemudian dilarang di Indonesia yang saat itu didominasi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Inilah salah satu kebiadaban PKI. Piringan hitam (PH), buku, dan majalah musik dibakar. Siapa yang meniru dandanan rambut dan pakaian Beatles, digunting di jalanan. Koes Bersaudara, pelopor grup rock 'n roll di Indonesia, ditangkap dan dijebloskan dalam penjara. Bahkan memainkan lagu Barat dilarang.

Info tentang Beatles kemudian menjadi 'barang' mewah yang hanya didapat oleh kalangan tertentu. ''Waktu itu kami mengenal lagu The Beatles lewat siaran radio Australia dan sesekali dari Majalah Time atau piringan hitam yang hanya dipunyai beberapa orang saja. Meski dilarang, saya tetap nekad main band bareng teman, dulu band saya namanya Irama Abadi. Kami sempat juga ditangkap Kodim saat mentas dan ditanyai macam-macam,'' kenang Abadi.

Begitu hebat pengaruh revolusi rock n' roll, rambut gondrong, serta dananan The Beatles lekas mewabah ke seluruh dunia. Di negara asal mereka, Inggris, The Beatles sempat juga ditentang habis-habisan oleh kalangan orang tua yang konservatif. Mereka dianggap telah menyebarkan virus rock n' roll yang membahayakan generasi muda Inggris.

Sejarah The Beatles sendiri berawal sekitar tahun '56 saat John Lennon yang masih berusia 16 tahun, membentuk band skiffle (sejenis musik folk tradisional) The Quarrymen. Tetapi musik skiffle bukan tujuan utama John, seperti remaja Liverpool lainnya ia ingin mengusung musik rock n'roll dan R&B. Niat John mulai terwujud setelah bertemu Paul McCartney setahun kemudian.

Sebenarnya musik R&B saat itu kurang populer di Inggris. Karya musisi AS seperti Chuck Berry, Little Richard, Buddy Holly, dan Elvis Presley sangat jarang terdengar di Inggris yang dikuasai kalangan konservatif. Apalagi di akhir tahun 50-an popularitas mereka menurun. Buddy Holly, Ritchie Valens, dan J.P. Richardson meninggal akibat kecelakaan pesawat terbang, Elvis masuk militer, dan Chuck Berry dipenjara selama dua tahun.

Tetapi di Liverpool musik R&B masih terdengar lewat rekaman yang dibawa para pelaut dari AS. Rekaman tersebut selalu diburu para remaja yang gemar meniru lagu-lagu mereka, salah satunya adalah para personil Quarrymen yang terdiri dari John (ritem gitar), Paul (ritem gitar), George Harrison (gitar), dan Stuart Sutcliffe (bas).

Nama The Quarrymen kemudian berganti menjadi John & The Moondogs, lalu Silver Beetles. Tak lama sebelum Pete Best (dram) bergabung (1960), mereka kembali berganti nama menjadi The Beatles. ''Kami sedang memeras otak ketika John tiba-tiba menawarkan nama Beatle. Nama itu bagus karena asalnya dari kata beetle (serangga) yang diplesetkan menjadi 'beat','' tutur George.

Bermodal lagu-lagu R&B milik Chuck Berry, Little Richard, Carl Perkins, dan Buddy Holly, The Beatles kemudian menggelar pentas di Hamburg, Jerman. Petualangan di Hamburg terpaksa harus berakhir saat George dideportasi karena masih di bawah umur dan mereka juga tidak memiliki visa pekerja.

Untungnya The Beatles sempat menggelar 30 pertunjukan selama di Hamburg. Jumlah jam terbang tersebut cukup untuk mendapat tanggapan dari publik Liverpool dan mereka dipercaya untuk tampil di Cavern Club. The Beatles lalu mulai membangun imej dengan dandanan mereka.

Potongan rambut karya Astrid Kirchherr, tunangan Stuart yang berkebangsaan Jerman, kemudian diikuti oleh semua personil Beatles. Model rambut agak gondrong dan berponi ini kemudian dikenal dengan sebutan 'mop top' karena memang agak mirip sapu ijuk.

''Suatu hari saya pergi berenang. Setelah keluar dari kolam dan mengeringkan rambut, rambut saya jatuh ke depan semua persis sapu (mop)... saya biarkan saja seperti itu. Dari situ orang menyebut potongan rambut tersebut sebagai potongan Beatles,'' cerita George dalam sebuah wawancara di tahun '64.

Bersama Stuart mereka kembali menggelar pentas di Hamburg. Bulan Juli tahun 1961, the Beatles kembali ke Inggris tanpa Stuart. Dia memutuskan untuk tinggal di Hamburg sebagai pelukis (tak sampai setahun kemudian Stuart meninggal akibat pendarahan otak).

Paul lalu beralih dari ritem gitar ke bas. Mereka kembali beraksi di Cavern Club, Liverpool, hingga bertemu Brian Epstein, mantan siswa Royal Academic of Dramatic Art di London yang pulang ke Liverpool untuk mengelola toko kaset ayahnya. ''Sebelum melihat penampilan The Beatles di Cavern Club saya sama sekali buta tentang manajemen artis pop. Ini dunia baru buat saya!'' tegas Brian yang pertama kali tertarik pada Beatles lewat lagu My Bonnie yang direkam di Hamburg bareng penyanyi Tony Sheridan.

Brian lalu menjadi manajer The Beatles dan saat itu ia mengubah habis-habisan dandanan mereka. Jaket kulit dan jeans ketat diganti dengan setelan Pierre Cardin berwarna abu-abu dan potongan rambut yang lebih rapi. Usaha Brian untuk mendapatkan kontrak rekaman bagi The Beatles berulang kali gagal. Pada tahun '62 produser George Martin tertarik dan merekrut mereka ke label Parlophone (EMI).

Pete Best yang dinilai permainan dramnya kurang memadai kemudian dipecat dan posisinya diisi Ringo Starr (Richard Starkey) mantan dramer Rory Strome And The Hurricane. Bersama Ringo mereka merekam dua single, Love Me Do dan P.S. I Love You yang langsung menjadi hit di Inggris. Setahun kemudian The Beatles merilis debut album Please Please Me ('63).

Single demi single terus mereka luncurkan, dalam jangka setengah tahun saja Beatlemania sudah bermunculan. Album Meet The Beatles (1964) kemudian menjadi album pertama yang populer di AS dan mengantarkan mereka menginjak bandara Kennedy, New York untuk pertama kali. Disaksikan 73 juta penonton televisi AS, The Beatles tampil pada acara Ed Sulivan Show. Dari berbagai interview, mereka berhasil membangun imej sebagai band yang smart, cuek, dan lucu. Kehadiran The Beatles di AS juga menandai era British Invasion dan memicu beatlemania.

''Tampil di acara Sunday Night at The Palladium, The Ed Sullivan Show, pergi ke Amerika dan merekam album nomor satu adalah sedikit di antara ambisi kami yang segudang,'' kata Paul. Padahal saat tampil di Palladium, John sempat menyindir kaum ningrat Inggris dengan ucapan, ''Buat penonton di kursi murah, silakan bertepuk tangan. Selebihnya cukup membunyikan perhiasan.''

Dalam jangka waktu dua tahun saja, The Beatles telah mencetak 26 single di Billboard Top 40 (termasuk 10 lagu nomor satu) dan tujuh album terbaik. Mereka terus menggelar tur keliling Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Jepang. The Beatles juga merilis dua film hit, A Hard Day's Night dan Help!.

Pengaruh Bob Dylan dan The Byrds yang sukses dengan lagu-lagu folk rock kemudian memacu Beatles untuk merilis Rubber Soul ('65). Lirik lagu dalam Rubber Soul dinilai lebih introspektif dan lebih menonjolkan suara akustik, termasuk sitar. Selain lagu-lagu klasik yang ditulis John dan Paul (Norwegian Wood, Drive My Car, dan Michelle), George juga menulis lagu terbaiknya, If I Needed Someone.

Popularitas The Beatles terus menanjak hingga tahun 1966, saat sebuah majalah remaja, Datebook, mengutip perkataan John yang mengundang sensasi. ''Kini kami lebih populer dari Yesus. Saya tak tahu apa yang lebih utama, rock n'roll atau Kristen.'' Komentar ini mengundang aksi protes di mana-mana, terutama di bagian selatan AS. Album The Beatles dibakar, konser diboikot dan John menerima banyak ancaman pembunuhan.

Tekanan yang mereka terima akhirnya membuat John tampil meminta maaf secara resmi di Chicago. Tetapi ancaman pembunuhan terus berlangsung hingga akhir tur Amerika di bulan Agustus '66. Mereka lalu kembali ke Inggris untuk menggarap album Revolver. Saat itu karya-karya Paul terpengaruh oleh Beach Boys (Here, There, And Everywhere) dan Motown (Got To Get You Into My Life), sedangkan lagu George, Love To You terpengaruh musik India dan John... terpengaruh drugs!

Setelah merilis Revolver, mereka menyempatkan diri berlibur. Ringo kembali ke Surrey, George ke India untuk belajar sitar dan yoga, Paul menggarap soundtrack film indie The Family Way, dan John berakting di film How I Won The War (di sana untuk pertama kalinya John memakai kacamata bulat).

Tak sampai setahun, The Beatles kembali masuk studio rekaman. Lagu Strawberry Fields Forever yang diambil dari nama panti asuhan menjadi lagu pertama yang ditulis John untuk album Sgt. Pepper Lonely Hearts Club Band. Album ini dipenuhi gaya psychedelic dan menandai dimulainya era flower generation. Meski album ini sukses di pasaran, tetapi tanda-tanda keretakan The Beatles mulai terlihat.

Keadaan bertambah buruk setelah manajer mereka, Brian Epstein meninggal di tahun '67 akibat over dosis. Para personil The Beatles mulai mendirikan label rekaman dan butik sendiri, yang dua-duanya diberi nama Apple. Mereka juga mulai berguru pada Maharishi Mahesh Yogi yang mengajarkan meditasi dan spiritual India. Awal '68 The Beatles mengikuti Maharishi ke Rishikesh, India. Ringo cuma bertahan 10 hari, Paul 5 minggu, sedangkan John dan George bertahan sampai 2 bulan. Tetapi mereka kemudian menjauhi Maharishi setelah mendengar gosip sang guru menggoda artis Mia Farrow. Kejadian tersebut mengilhami John untuk menulis lagu Sexy Sadie yang semula akan diberi judul Maharishi.

Era double album bersampul putih yang populer dengan nama The White Album ('68) menandai dimulainya hubungan serius antara John dan Yoko Ono, sementara Paul mulai berkenalan dengan fotografer Linda Eastman. Saat itu pula mereka berkenalan dengan Eric Clapton lewat produser George Martin. Eric lalu bermain solo di nomor karya George, While My Guitar Gently Weep. Seminggu setelah White Album dirilis, John merilis album solo Two Virgin.

Setelah John dan Paul menikah di tahun '69, The Beatles kembali merilis album. Album Abbey Road mereka garap di tengah perselisihan tentang siapa yang pantas menjadi manajer. Paul menginginkan Lee Eastman, mertuanya yang seorang pengacara. Sedangkan John menghendaki posisi itu dipegang Allen Klein (manajer Rolling Stone). Sementara Ringo dan George berpihak pada John.

Abbey Road menjadi album terakhir The Beatles yang berisi materi lagu baru. Di sisi A mereka banyak menampilkan lagu pop rock, seperti Come Together, Oh Darling dan Something, sementara side B diisi lagu bergaya Sgt. Pepper yang inovatif dan bagus secara melodi.

Bulan April 1970, Paul merilis album solo McCartney, sekaligus mengumumkan bubarnya The Beatles. Sebulan kemudian album Let It Be yang berisi lagu-lagu lama, dirilis EMI dan diremixed oleh Phil Spector. Setelah itu para personil The Beatles sibuk bersolo karier. Sepeninggal John yang tewas ditembak penggemarnya (1980), Paul, George, dan Ringo sesekali bergabung untuk memproduksi kembali lagu lama mereka. Dan di tahun '95 lagu Free As A Bird dan Real Love yang berasal dari demo John, mereka sempurnakan dan direkam dalam The Beatles Anthology.

DISKOGRAFI :

Love Me Do (Single), 1962
In The Beginning/ The Early Tapes, 1962
With The Beatles, 1963
Please Please Me, 1963
Something New, 1964
Second Album, 1964
Meet The Beatles, 1964
Early Beatles, 1964
Beatles For Sale, 1964
A Hard Day's Night, 1964
Rubber Soul, 1965
Help!, 1965
Beatles '65, 1965
Yesterday and Today, 1966
Revolver, 1966
Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band, 1967
Magical Mystery Tour, 1967
Hello Goodbye (single), 1967
The White Album, 1968
Lady Madonna (single), 1968
Yellow Submarine (soundtrack), 1969
Abbey Road, 1969
Let It Be, 1970
Hey Jude, 1970
1962-1966 (Red Album), 1973
1967-1970 (Blue Album), 1973
The Beatles Tapes From The David Wiggs Interviews, 1976
Rock 'N' Roll Music vol.1 & 2, 1976
Love songs, 1977
Live In Hamburg 1962, 1977
Live At The Star Club, 1962 Vol. 1 & 2, 1977
Live At Hollywood Bowl, 1977
Rarities, 1980
20 Greatest Hits, 1981
Reel Music, 1982
Past Masters Vol. One and Two, 1988
Multiselection Boxed Set, 1988
Conquer America, 1988
First U.S. Visit, 1991
The Beatles Tapes I; In the Northwest, 1992
Talk Downunder, 1992
West Coast Invasion, 1993
Things We Said Today, 1993
The Beatles Live: Ready, 1993
Not A Second Time, 1993
Moviemania!, 1993
From Britain With Beat, 1993
East Coast Invasion, 1993
All Our Loving, 1993
The Beatles Tapes II; Early Beatlemania, 1994
Live at The BBC, 1994
Things We Said Today-Talking With The Beatles, 1995
The Beatles Tapes III; The 1964 World Tour, 1995
The Beatles Anthology: 1, 1995
Talk Downunder: Australia Beatlemania, 1995
Quote Unquote-The Sixties Interviews, 1995
Paul McCartney: Beyond The Myth, 1995
John Lennon Forever, 1995
In Their Own Words-The Lost..., 1995
Dark Horse:...George Harrison, 1995
The Savage Young Beatles In Hamburg 1961, 1996
The Beatles Anthology 2 & 3, 1996
Yellow Submarine Songtrack, 1999
The Legend Begins, 1999
Savage Young Beatles, 2000

The Beatles - Album Sgt Peppers Lonely Heart Club Band (1967)


The Beatles - Album Sgt Peppers Lonely Heart Club Band (1967)




















Review Berseri The Beatles (8)
Album Sgt Peppers Lonely Heart Club Band (1967)

Menjelang dirilis nya album Sgt Peppers Lonely Heart Club Band, yaitu pada akhir tahun 1966 dan awal tahun 1967, The Beatles sempat dilanda kelesuan. Bahkan ada yang menyangka jika band Liverpool ini sudah tamat. Ya, setelah merilis album Revolver dan konser terakhir di pertengahan tahun 1966, The Beatles memutuskan untuk mundur dari muka publik. Mereka sepakat melakukan hal itu karena musik yang mereka mainkan sudah tidak bisa dinikmati sendiri lantaran tenggelam teriakan histeria beatlemania, kecuali ketika mereka tampil di Budogan Jepang yang penonton nya sangat sopan dan tertib.
Usai menyelesaikan tour dan album nya, The Beatles sempat break beberapa bulan sejak pertengahan tahun 1966. Para personel nya menempuh jalan sendiri-sendiri. Paul mendapat job menggarap soundtrack film The Family Way. John Lennon mencukur cepak rambut nya dan mulai mengenakan kacamata nenek untuk berperan dalam Film How I Won The War. George Harrison yang kesengsem dengan budaya India sejak penggarapan Film Help ! memilih mengunjungi negeri gangga itu untuk mempelajari budaya timur India dan sitar India. Beriring dengan kedekatannya pada dunia mistis timur India, George mengubah penampilan dengan memelihara kumis sebagai simbol kedamaian hidup. Sedangkan Ringo Star memilih berlibur bersama istri dan anak nya.
Hingga bulan Desember 1966 menjelang hari natal, The Beatles belum merilis satu pun album dan singel. Pihak label kemudian merilis album kompilasi Oldies Collection yang hasilnya sangat mengecewakan. Pada album itu terdapat satu lagu yang pernah direkam tetapi belum pernah dirilis The Beatles, yaitu lagu "Bad Boy". Beruntung pada akhir bulan Desember 1966 itu sebenarnya The Beatles telah berkumpul di studio untuk menggarap album baru. Penggarapan album baru yang kemudian menjadi album monumental mereka itu ditandai dengan dirilisnya beberapa singel yaitu singel "Strawberry Field Forever"/ "Penny Lane", "Hello Goodbye"/ "I'm The Walrus", "Baby You're A Rich Man"/ "All You Need Is Love" pada awal tahun 1967. Singel-singel itu diproduksi saat menggarap album dahsyat tadi untuk memanjakan penggemarnya.
Ketika singel-singel tersebut dirilis, sudah terasa sekali perbedaan yang menyolok dari warna musik The Beatles. Bukan cuma sekedar penggunaan string orkestra seperti pada "Strawberry Field Forever", "All You Need Is Love", atau "Hello Goodbye", tetapi juga penggunaan alat musik oboe dan melibatkan vokal latar dari para rekan dekat The Beatles. Sebut saja ada Brian Jones dari The Rolling Stones yang memainkan oboe pada lagu "Baby You're A Rich Man", sedangkan Mick Jagger (The Rolling Stones), Keith Richard (The Rolling Stones), Mariane Faithful mengisi vokal latar.
Namun di balik penggarapan album Sgt Peppers Lonely Heart Club Band ini juga diwarnai konflik antara John dengan manajer Brian Epstein. Brian yang selama ini dianggap telah berjasa mengangkat popularitas The Beatles, direndahkan begitu saja oleh John. Sehingga membuat hidup Brian menjadi goncang dan dia menjadi konsumen obat bius. The Beatles seolah tidak peduli lagi dengan Brian Epstein. Mereka terus menyelesaikan album muktahir itu hingga dirilis pada bulan Juni 1967. Komposisi "Sgt Peppers Lonely Heart Club Band" menjadi pembuka album ini dan dibawakan oleh Paul dalam iringan musik funk bit mid tempo serta dibalut sound alat tiup. Bagian reffrain lagu ini kemudian menyajikan harmonisasi vokal Paul dan John.
Kemudian lagu ini disusul seolah seperti medley dengan lagu "With A Little Help From My Friends" yang dibawakan Ringo Star. Lagu ini tampil dalam kemasan swing pop mid tempo dan dilatari vokal John, Paul, George. Satu lagu yang menunjukkan sikap terkesan John pada lukisan karya Julian (putranya) juga ditunjukkan pada lagu "Lucy In The Sky With Diamond". Lagu ini terdengar mistis pada intro nya yang menyajikan sound denting piano elektrik sepanjang 4 bar dan langsung disusul vokal John di bagian verse beriring dengan dentaman bas. Kemudian lagu ini meluncur dalam irama funk bit mid tempo ketika masuk di bagian reffrain. Komposisi "Getting Better" disajikan dalam rock mid tempo yang mengandalkan patern rif gitar tetapi tidak rapat. Paul membawakan lagu ini diselingi suara tetabuhan conga di bagian jeda dan coda lagu. Paul juga terinspirasi dengan sebuah berita tentang hilang nya seorang gadis dari rumah nya dan diungkapkan dalam lagu "She's Living Home". Lagu yang terdengar kolosal ini dibuka dengan petikan harpa sepanjang 2 bar, lalu disusul dengan gesekan sound string orkestra.
Album ini juga menyisipkan satu lagu bernuansa India, "With In You Without You". Lagu tersebut dibawakan George Harrison sendiri dengan iringan para musisi India yang memainkan tabla, sitar India, tambura, serta tidak ketinggalan string orkestra. Paul juga mengenang kegemaran ayah nya yang dulu merupakan musisi jazz, lalu diungkapkannya dalam bentuk musik untuk lagu "When I'm Sixty Four". Namun mereka baru mencapai klimak nya ketika membawakan komposisi "Sgt Peppers Lonely Heart Club Band (reprise)" yang seolah nyambung dengan " A Day In The Life". Versi reprise dari "Sgt Peppers Lonely Heart Club Band" jauh lebih cepat tempo nya dengan memainkan rock up tempo. Sedangkan "A Day In The Life" tampil dengan gaya musik nan psychedelick. Vokal John seperti melayang-layang membayangkan kehidupan baru yang penuh kedamaian dihiasi musik nan nglangut, lalu Paul menambahkan bagian bridge nya. Lagu ini ditutup dengan sound string orkestra yang seolah berputar-putar semakin keras lalu denting piano secara serentak memainkan nada C minor sebagai gong nya.
Inilah album The Beatles yang banyak dikaji para kritisi musik sebagai album puncak dari kehebatan dan kedahsyatan The Beatles sebagai band pendobrak musik pop dunia. Selain itu bisa dikatakan sebagai album penanda muncul nya gejala musik progresif rock, walaupun Pink Floyd telah mendahului lewat album The Paper Get At Down, serta disusul setelah The Beatles adalah Jimmy Hendryx & The Experience lewat album Are You Experience. Cover album nya sendiri mencerminkan budaya psychedelick yang tengah menjadi model saat itu. Mereka mengenakan kostum mirip seorang perwira dengan dilatari foto-foto para tokoh terkenal, serta didepanya terdapat hiasan bunga-bunga termasuk bunga ganja yang membentuk tulisan The Beatles. Ya, masa itu merupakan masa kebebasan remaja mengkonsumsi ganja dan obat bius dan telah menjadi budaya terutama di kalangan kaum hippies.

Track list :
- Sgt Peppers Lonely Heart Club Band
- With A Little Help From My Friends
- Lucy In The Sky With Diamonds
- Getting Better
- Fixing A Hole
- She's Leaving Home
- Being For The Benefit of Mr Kite!
- With In You Without You
- When I'm Sixty Four
- Lovely Rita
- Good Morning Good Morning
- Sgt Peppers Lonely Heart Club Band (reprise)
- A Day In The Life